BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perencanaan suatu
pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru kepada siswa-siswanya harus
selalu memperhatikan tuntutan keterampilan prasyarat. Suatu materi pelajaran
harus terlebih dahulu dikaji oleh guru untuk mengidentifikasi
keterampilan-keterampilan prasyarat yang harus terlebih dahulu dikuasai siswa
sebelum dapat mempelajari materi tersebut. Guru selanjutnya harus memastikan
bahwa siswa telah benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat
tersebut. Jika ternyata siswa belum atau kurang menguasai keterampilan
prasyarat tersebut, maka guru terlebih dahulu harus memantapkan penguasaan
keterampilan prasyarat itu.
Rendahnya kemampuan
matematis siswa-siswa sepertinya sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
matematika mereka. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian siswa-siswa,
tampak bahwa mayoritas siswa mengalami kesulitan pada perhitungan
matematis. Kebanyakan siswa-siswa yang
belum berhasil mencapai batas ketuntasan minimal disebabkan karena ketidakmampuan
mereka menyelesaikan soal-soal ulangan yang diberikan pada tahapan perhitungan
matematisnya. Ini bisa dimengerti, jika soal ulangan harian dalam bentuk soal
pilihan ganda, maka otomatis ketidakmampuan menyelesaikan perhitungan matematis
akan membuat siswa-siswa tersebut salah dalam menentukan pilihan jawaban yang
benar, walaupun mereka hafal konsep atau rumus yang diperlukan untuk menjawab
soal tersebut. Pada soal hitungan bentuk uraianpun mereka tidak akan memperoleh
nilai yang sempurna untuk setiap soal yang diberikan, karena beberapa langkah
dalam menjawab soal tidak bisa mereka selesaikan dengan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Task Analysis (Analisis Hasil ulangan)
Menurut
Arends (2001), task analysis (analisis hasil ulangan) adalah cara yang
digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi akan hakekat sebenarnya dari suatu
keterampilan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide
pokok yang melatarbelakangi munculnya analisis hasil ulangan oleh para pakar
pembelajaran adalah, bahwa suatu keterampilan yang kompleks tidak akan dapat
dipelajari semuanya sekaligus dalam satu waktu tertentu. Untuk mengembangkan
pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan akan sebuah keterampilan
kompleks, maka keterampilan yang kompleks tadi harus terlebih dahulu
dibagi-bagi menjadi komponen-komponen bagian, sehingga dapat diajarkan
berurutan dengan logis dan tahap demi tahap.
Selanjutnya
Arends (2001) menyatakan bahwa analisis hasil ulangan dapat membantu guru untuk
menentukan dengan tepat apa-apa saja yang dibutuhkan oleh siswa untuk dapat
melakukan keterampilan kompleks yang diharapkan. Analisis hasil ulangan dapat
dilakukan dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah
1 :
Mintalah penjelasan kepada orang yang menguasai dan
dapat melakukan keterampilan itu, atau amati pada saat ia melakukan
keterampilan itu.
Langkah
2 :
Bagi-bagilah keterampilan itu menjadi keterampilan-keterampilan
bagian (sub keterampilan).
Langkah
3 :
Susunlah keterampilan-keterampilan bagian itu dengan
urutan yang logis, sehingga beberapa
keterampilan bagian merupakan prasyarat bagi keterampilan bagian yang lain.
Langkah
4 :
Buatlah
rancangan strategi untuk mengajarkan setiap keterampilan bagian itu,
dan
kemudian mempersatukannya menjadi keterampilan kompleks yang utuh.
Guru-guru
yang efektif dan berhasil dalam mengajar memang berpegang pada prinsip analisis
hasil ulangan, yaitu bahwa banyak keterampilan yang terdiri atas sejumlah
keterampilan bagian, dan siswa tidak akan dapat melaksanakan keterampilan
tersebut secara utuh jika ada keterampilan bagian (sub keterampilan) yang belum
dikuasai dengan baik.
Bagi
guru yang ingin mengajarkan suatu keterampilan, guru dapat menggunakan model
pembelajaran langsung (direct instruction). Model pembelajaran ini adalah model
pembelajaran yang sangat cocok untuk tujuan pembelajaran semacam ini.
Keterampilan-keterampilan bagian atau sub-sub keterampilan dari sebuah
keterampilan kompleks selangkah demi selangkah akan dilatihkan kepada siswa
melalui model pembelajaran langsung ini. Pada pembelajaran langsung ini peran
guru sangat dominan. Peningkatan nilai rata-rata ini juga sesuai dengan
pendapat bahwa guru yang efektif dan berhasil dalam mengajar harus selalu
berpegang pada prinsip analisis hasil ulangan, yaitu bahwa banyak keterampilan
yang terdiri atas sejumlah keterampilan bagian, dan siswa tidak akan dapat
melaksanakan keterampilan tersebut secara utuh jika ada keterampilan bagian
(sub keterampilan) yang belum dikuasai dengan baik.
B.
Berbagai Analisis Hasil Ulangan
Pengolahan
dan Analisis Hasil Belajar Berikut ini, contoh pengolahan hasil belajar yang
diperoleh siswa dari ulangan harian:
1. Nilai ulangan harian diperoleh dari hasil tes lisan
atau tertulis dan dari pengamatan atau tes praktik/perbuatan.
2. Hasil ulangan harian yang diperoleh melalui tes
lisan, tertulis, dan praktik/perbuatan, setelah dikoreksi diberi nilai (skor)
1-100.
3. Cara menghitung nilai tes tertulis dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a.
Pilihan ganda,
setiap soal diberi skor 1
b.
Menjodohkan,
setiap soal diberi skor 1
c.
Isian, setiap
soal diberi skor 2
d.
Uraian, setiap
soal diberi skor sesuai dengan bobot soal. (Pada contoh di bawah ini, skor soal
uraian ditetapkan 3)
Analisis
hasil penilaian dilakukan dengan memperhatikan nilai yang diperoleh siswa pada
ulangan harian, tengah semester, akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas .
Tes tersebut dapat berbentuk: tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap,
hasil ulangan, serta produk. Analisis untuk ulangan harian dengan tengah
semester ditekankan untuk memperoleh informasi tentang latar belakang dan
faktor penyebab mengapa siswa memperoleh nilai kurang. Bagi anak yang
memperoleh nilai kurang dari batas minimal ketuntasan belajar diberikan
remedial, sedangkan bagi anak yang nilainya telah mencapai batas ketuntasan
minimal diberikan pengayaan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Analisis
hasil ulangan yang dilakukan guru untuk mengidentifikasi sub-sub keterampilan
yang diperlukan oleh siswa sebagai keterampilan prsyarat untuk menguasai
kemampuan menyelesaikan soal-soal hitungan matematika pada bahan kajian Gaya
dan Tekanan; serta bahan kajian Energi telah dapat membantu siswa untuk belajar
setahap demi setahap. Kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal hitungan
matematika adalah sebuah keterampilan yang kompleks. Ada
keterampilan-keterampilan bagian (sub-sub keterampilan) yang harus dikuasai oleh siswa terlebih
dahulu. Sub-sub keterampilan tersebut salah satunya adalah keterampilan
matematis. Keterampilan matematis sendiri masih terdiri dari beberapa sub
keterampilan seperti keterampilan mengalikan bilangan bulat, membagi bilangan
bulat, dan lain sebagainya.
Hasil
tes diagnostik kemampuan matematis yang diberikan guru peneliti di awal
pembelajaran setiap bahan kajian telah membantu guru untuk menentukan berapa
dan siswa mana saja yang memerlukan bimbingan dan pelatihan, serta cara
memberikan bimbingan dan pelatihan, apakah secara klasikal ataukah secara
individual dan pemanfaatan tutor sebaya. Lewat hasil tes diagnostik ini pula dapat
dilihat keterampilan matematis mana yang telah atau yang belum dikuasai oleh
siswa. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arends bahwa analisis hasil
ulangan dapat membantu guru untuk menentukan dengan tepat apa-apa saja yang
dibutuhkan oleh siswa untuk dapat melakukan keterampilan kompleks yang
diharapkan.
Peningkatan
nilai rata-rata soal-soal ulangan harian yang berhubungan dengan keterampilan
matematis, soal-soal yang tidak berhubungan dengan keterampilan matematis dan
seluruh soal (rata-rata ulangan harian) menunjukkan bahwa seperti yang
disebutkan oleh Arends, bahwa untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada
akhirnya penguasaan akan sebuah keterampilan kompleks, maka keterampilan yang
kompleks tadi harus terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi komponen-komponen
bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap.
B.
Saran
Berdasarkan
pembahasan diatas disarankan kepada guru dan calon guru untuk menerapkan hasil
task analysis (analisis hasil ulangan) untuk meningkatkan hasil belajar
matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I., 2001. Learning to Teach. 5th edition. Boston:
McGraw Hill.
Arikunto, S. dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Depdiknas. 2005.a. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA,
Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Jakarta:
Direktorat PLP.
Depdiknas. 2005.b. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA,
Model-Model Pengajaran
dalam Pembelajaran IPA.
Jakarta: Direktorat PLP.
Depdiknas. 2005.c. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA, Penulisan
Karya Ilmiah.
Jakarta:
Direktorat PLP.
Kardi, S. & Nur, M., 2001. Pengajaran Langsung. Surabaya: Pusat
Sains dan
Matematika
Sekolah Program Pascasarjana Unesa, University Press.
Kauchack, Donald P., & Eggen,
Paul D. 1993. Learning and Teaching.
2nd
Edition.
Boston: Allyn and Bacon.
Sukidin dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Insan
Cendekia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar